*Oleh: Muhammad Kholilur Rohman, S.Sy, M.Pd
Pendidikan merupakan hal yang paling krusial dalam memainkan peran untuk mencapai kesuksesan di berbagai sektor kehidupan. Namun, keberhasilan dalam bidang pendidikan tidak terjadi secara instan; ia memerlukan dukungan dari berbagai elemen. Di antara semua komponen tersebut, tenaga pendidik, atau yang lebih umum dikenal sebagai “guru,” memiliki pengaruh yang sangat signifikan.
Guru adalah seseorang yang memiliki karakter baik dan budi pekerti yang luhur, dengan perilaku dan perkataan yang dapat menjadi teladan bagi para peserta didik. Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam Al-Qur’an, surat Al-Ahzab ayat 21, yang menekankan pentingnya keteladanan.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Qs. Surat al-Ahzab:21).
Seorang guru seharusnya memiliki prinsip persaudaraan sejati, atau yang bisa kita sebut sebagai ‘bestie’, serta semangat kebersamaan yang ditandai oleh saling keterbukaan. Pendekatan ini dapat berdampak positif pada karakter siswa, membuat mereka merasa nyaman dan lebih terbuka untuk mengikuti apa yang diajarkan oleh sang guru. Sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 10:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah besaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Qs. suratal-Hujurat ayat:10).
Syarat-Syarat Menjadi Guru yang Baik
Guru memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas peserta didik, baik dari segi akademik maupun non-akademik. Tanggung jawabnya terletak pada pembinaan karakter, di mana guru harus mampu membimbing peserta didik tidak hanya dalam hal kecerdasan, tetapi juga dalam akhlak yang baik. Nilai-nilai ini akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam kitab Adabul Alim wal Muta’alim, ditekankan bahwa seorang guru harus memiliki adab yang dapat dijadikan teladan bagi para siswa.
Memiliki Adab Yang Baik Kepada Murid
Menurut Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya yang berjudul Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, terdapat 14 poin penting mengenai adab seorang guru saat berinteraksi dengan murid-muridnya.
Seorang guru seharusnya mengajar dan mendidik siswa dengan niat yang tulus untuk meraih ridho Allah Ta’ala. Selain itu, tujuan mereka adalah menyebarkan ilmu pengetahuan, menghidupkan syariat Islam, serta menegakkan kebenaran sambil menyingkirkan kebatilan. Dengan harapan, hal ini akan membawa kebaikan yang berkelanjutan bagi umat.Sabar menghadapi murid yang tidak tulus niatnya.
Seorang guru sebaiknya menghindari sikap enggan untuk mengajar murid yang tidak tulus dalam niatnya. Pasalnya, meskipun niat mereka kurang tulus, masih ada harapan untuk mencapai pemahaman sejati, berkat berkah dari ilmu itu sendiri.
Seorang guru seharusnya mengarahkan muridnya untuk mendekatkan diri kepada nilai-nilai yang terpuji, seperti yang dianjurkan dalam hadis, sekaligus menjauhkan mereka dari hal-hal yang dianggap tercela.
Ketika mengajar, seorang guru sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan disampaikan dengan cara yang baik agar memudahkan murid dalam memahami materi.
Seorang guru harus memiliki semangat yang tinggi dalam mengajar dan mentransfer pengetahuan kepada murid, dengan mengoptimalkan semua kemampuannya.
Guru sebaiknya mendorong murid-muridnya untuk menyusun waktu khusus untuk mudzakaroh, tikror atau mengulang hapalan. Hal ini penting agar mereka dapat menguji ketelitian dalam mengingat berbagai kaedah yang rumit serta mengatasi masalah-masalah langka yang telah dijelaskan sebelumnya.
Apabila terdapat murid yang belajar dengan begitu keras, melebihi batas kemampuannya, atau bahkan masih dalam batas kemampuan, guru seringkali merasa khawatir bahwa hal itu bisa membuat murid tersebut merasa bosan. Dalam situasi seperti ini, guru pun akan menasihati murid tersebut untuk lebih mengasihi dan menghargai diri sendiri.
Seorang guru seharusnya tidak menunjukkan sikap favoritisme atau memberi perhatian lebih kepada murid tertentu di hadapan yang lain, terutama ketika semua murid berada pada tingkat yang sama dalam hal usia, kelebihan, pencapaian, dan komitmen beragama. Tindakan seperti itu dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan kesedihan di hati para murid.
Seorang guru sebaiknya menunjukkan sikap ramah kepada semua murid yang hadir dalam majlis. Selain itu, ia juga perlu menyebut nama murid-murid yang tidak hadir dengan penuh sopan santun dan pujian yang baik. Penting bagi guru untuk mengenal nama, latar belakang, tempat tinggal, dan asal-usul murid-muridnya.
Guru senantiasa memperhatikan berbagai aspek yang dapat menjaga interaksi antar murid. Ia mendorong mereka untuk saling menyebarkan salam, berbicara dengan kata-kata yang baik, menjalin cinta kasih, serta saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan. Semua ini dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dalam mencari ilmu.
Seorang guru hendaknya berupaya mewujudkan kebaikan bagi para muridnya sambil menjaga konsentrasi pikiran mereka. Ia sebaiknya membantu murid-muridnya dengan memanfaatkan segala yang dimilikinya, seperti status sosial dan kekayaan, jika itu dalam kemampuannya.
Apabila ada siswa dari kelas yang biasanya hadir tetapi terpaksa absen, guru sebaiknya menyelidiki kondisi murid tersebut dan mengenali relasi-relasinya. Jika tidak mendapatkan informasi lebih lanjut, langkah terbaik adalah mengirimkan surat atau, lebih baik lagi, mengunjungi rumahnya secara langsung. Jika siswa tersebut sedang sakit, tak ada salahnya untuk menjenguknya. Jika ia menghadapi kesulitan, bantulah meredakan penderitaannya. Bila ia sedang dalam perjalanan, cari tahu tentang keluarganya dan relasi yang dekat, lalu ajukan pertanyaan kepada mereka mengenai kondisi siswa tersebut. Selalu berusaha membantu memenuhi kebutuhan mereka dan menjaga hubungan baik, meskipun hanya melalui doa.
Seorang guru sebaiknya bersikap rendah hati terhadap muridnya atau siapa pun yang ingin bertanya tentang hubungan pribadi mereka dengan Allah SWT.
Berdialog dengan setiap siswa, terutama mereka yang memiliki kelebihan, sebagai bentuk cerminan rasa hormat dan penghargaan. Panggillah mereka dengan julukan yang mereka sukai, dan sambutlah mereka dengan hangat setiap kali bertemu, terutama saat mereka berhadapan dengan guru. Ketika duduk bersama, hargailah mereka dengan cara bertanya tentang keadaan mereka serta orang-orang terdekat yang penting bagi hidup mereka, setelah mereka menjawab salam. Tunjukkanlah wajah yang ceria, penuh kasih, dan cinta saat berinteraksi dengan mereka. Ini sangat penting, terutama bagi siswa yang masih memiliki potensi untuk berhasil maupun yang telah mencapai prestasi dalam belajar.
*Guru Mapel Aqidah Akhlak MA NU Banat Kudus dan Pembina Jurnalistik
Disarikan dari kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari