Syarat-Syarat Menjadi Guru yang Baik Menurut Hadrotus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari

MA NU BANAT KUDUS > Services > Service Style 1 > Syarat-Syarat Menjadi Guru yang Baik Menurut Hadrotus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari

*Oleh: Muhammad Kholilur Rohman, S.Sy, M.Pd

Pendidikan merupakan hal yang paling krusial dalam memainkan peran untuk mencapai kesuksesan di berbagai sektor kehidupan. Namun, keberhasilan dalam bidang pendidikan tidak terjadi secara instan; ia memerlukan dukungan dari berbagai elemen. Di antara semua komponen tersebut, tenaga pendidik, atau yang lebih umum dikenal sebagai “guru,” memiliki pengaruh yang sangat signifikan.

Guru adalah seseorang yang memiliki karakter baik dan budi pekerti yang luhur, dengan perilaku dan perkataan yang dapat menjadi teladan bagi para peserta didik. Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam Al-Qur’an, surat Al-Ahzab ayat 21, yang menekankan pentingnya keteladanan.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Qs. Surat al-Ahzab:21).

Seorang guru seharusnya memiliki prinsip persaudaraan sejati, atau yang bisa kita sebut sebagai ‘bestie’, serta semangat kebersamaan yang ditandai oleh saling keterbukaan. Pendekatan ini dapat berdampak positif pada karakter siswa, membuat mereka merasa nyaman dan lebih terbuka untuk mengikuti apa yang diajarkan oleh sang guru. Sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 10:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah besaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Qs. suratal-Hujurat ayat:10).

Syarat-Syarat Menjadi Guru yang Baik

  • Memiliki Kompetensi Kepribadian Seorang Guru

Guru memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas peserta didik, baik dari segi akademik maupun non-akademik. Tanggung jawabnya terletak pada pembinaan karakter, di mana guru harus mampu membimbing peserta didik tidak hanya dalam hal kecerdasan, tetapi juga dalam akhlak yang baik. Nilai-nilai ini akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dalam kitab Adabul Alim wal Muta’alim, ditekankan bahwa seorang guru harus memiliki adab yang dapat dijadikan teladan bagi para siswa.

  1. Merasa selalu diawasi oleh Allah SWT (muqarabah)  dalam berbagai situasi dan kondisi, baik sendirian atau bersama orang lain
  2. Senantiasa takut kepada Allah SWT. (khauf) dalam setiap gerak, diam, ucapan, dan perbuatan, sebab ilmu, hikmah, dan takut adalah amanah yang dititipkan kepadanya sehingga bila tidak dijaga, maka termasuk berkhianat
  3. Selalu tenang dalam setiap proses pembelajaran (sakinah)
  4. Wara’ (senantiasa  meninggalkan atau menghindari segala hal yang mengandung syubhat atau tidak jelas status halal haramnya)
  5. Tawadhu’ (selalu rendah hati atau tidak menyombongkan diri)
  6. Khusyuk (selalu berkonsentrasi kepada Allah)
  7. Tawakkal (Memasrahkan semua urusan kepada Allah SWT)
  8. Tidak menjadikan ilmunya sebagai batu loncatan untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi (berorientasi materi) seperti jabatan, harta, perhatian orang, ketenaran, atau keunggulan atas teman-teman seprofesinya
  9. Tidak memuliakan para penghamba dunia (abna ad-dunya) dengan cara berjalan dan berdiri untuk mereka, kecuali bila kemaslahatan yang ditimbulkan lebih besar dari kemafsadahannya
  10. Memiliki perangai zuhud dan mengambil dunia sekedar cukup untuk diri sendiri dan keluarganya sesuai dengan standar qona’ah
  11. Menjauhi segala bentuk mata pencaharian yang rendah dan hina menurut akal sehat, juga profesi yang makruh menurut adat dan syari’at Islam
  12. Menghindari tempat-tempat yang memungkinkan timbulnya prasangka buruk orang terhadap dirinya
  13. Menjaga keistiqomahan menjalankan syiar-syiar Islam dan hukum dhohirnya seperti shalat berjama’ah di masjid, menebarkan salam kepada sesama, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya
  14. Melestarikan sunnah, membasmi bid’ah, dan memberikan perhatian terhadap masalah agama dan urusan-urusan yang menyangkut kemaslahatan ummat Islam, sesuai dengan jalan yang bisa diterima oleh syari’at, adat, dan tabi’at masyarakat
  15. Selalu menghiasi perbuatan dan pekerjaan dengan kesunnahan seperti membaca al-Qur‟an serta berdzikir kepada Allah SWT, dengan hati dan lisan; Selalu berdoa, memperbanyak salat dan puasa sunnah, bersegera menunaikan ibadah haji ketika mampu melaksanakannya, bershalawat kepada rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai ungkapan cinta dan penghormatan kepada beliau, dan lain-lain
  16. Memperlakukan orang lain dengan budi pekerti yang baik.
  17. Membersihkan jiwa dan raga dari akhlak yang tercela dan membangunnya dengan akhlak yang mulia
  18. Melanggengkan antusiasme dalam menambah ilmu, seperti berdiskusi, belajar, mengulang-ulangi ilmu, menghafal, memberi komentar terhadap kitab, dan lain sebagainya
  19. Guru tidak segan-segan bertanya sesuatu yang tidak diketahui kepada orang yang secara jabatan, nasab, maupun umur berada dibawahnya
  20. Menyibukkan diri dengan menulis, meringkas, dan menyusun karya ilmiah

Memiliki Adab Yang Baik Kepada Murid

Menurut Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya yang berjudul Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, terdapat 14 poin penting mengenai adab seorang guru saat berinteraksi dengan murid-muridnya.

  • Mengajar Karena Mengharap Ridho Allah SWT

Seorang guru seharusnya mengajar dan mendidik siswa dengan niat yang tulus untuk meraih ridho Allah Ta’ala. Selain itu, tujuan mereka adalah menyebarkan ilmu pengetahuan, menghidupkan syariat Islam, serta menegakkan kebenaran sambil menyingkirkan kebatilan. Dengan harapan, hal ini akan membawa kebaikan yang berkelanjutan bagi umat.Sabar menghadapi murid yang tidak tulus niatnya.

  • Sabar Terhadap Murid yang Tidak Lurus Niatnya

Seorang guru sebaiknya menghindari sikap enggan untuk mengajar murid yang tidak tulus dalam niatnya. Pasalnya, meskipun niat mereka kurang tulus, masih ada harapan untuk mencapai pemahaman sejati, berkat berkah dari ilmu itu sendiri.

  • Mengarahkan Murid Kepada Nilai-Nilai Terpuji

Seorang guru seharusnya mengarahkan muridnya untuk mendekatkan diri kepada nilai-nilai yang terpuji, seperti yang dianjurkan dalam hadis, sekaligus menjauhkan mereka dari hal-hal yang dianggap tercela.

  • Menggunakan Bahasa yang Mudah Dipahami

Ketika mengajar, seorang guru sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan disampaikan dengan cara yang baik agar memudahkan murid dalam memahami materi.

  • Semangat Mengajar yang Tinggi

Seorang guru harus memiliki semangat yang tinggi dalam mengajar dan mentransfer pengetahuan kepada murid, dengan mengoptimalkan semua kemampuannya.

  • Mendorong Murid untuk Mudzakaroh dan Tikror

Guru sebaiknya mendorong murid-muridnya untuk menyusun waktu khusus untuk mudzakaroh, tikror atau mengulang hapalan. Hal ini penting agar mereka dapat menguji ketelitian dalam mengingat berbagai kaedah yang rumit serta mengatasi masalah-masalah langka yang telah dijelaskan sebelumnya.

  • Menasehati Murid Agar Tidak Berlebihan Saat Belajar

Apabila terdapat murid yang belajar dengan begitu keras, melebihi batas kemampuannya, atau bahkan masih dalam batas kemampuan, guru seringkali merasa khawatir bahwa hal itu bisa membuat murid tersebut merasa bosan. Dalam situasi seperti ini, guru pun akan menasihati murid tersebut untuk lebih mengasihi dan menghargai diri sendiri.

  • Tidak Pilih Kasih

Seorang guru seharusnya tidak menunjukkan sikap favoritisme atau memberi perhatian lebih kepada murid tertentu di hadapan yang lain, terutama ketika semua murid berada pada tingkat yang sama dalam hal usia, kelebihan, pencapaian, dan komitmen beragama. Tindakan seperti itu dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan kesedihan di hati para murid.

  • Ramah Kepada Murid

Seorang guru sebaiknya menunjukkan sikap ramah kepada semua murid yang hadir dalam majlis. Selain itu, ia juga perlu menyebut nama murid-murid yang tidak hadir dengan penuh sopan santun dan pujian yang baik. Penting bagi guru untuk mengenal nama, latar belakang, tempat tinggal, dan asal-usul murid-muridnya.

  • Mengajarkan Interaksi Sosial

Guru senantiasa memperhatikan berbagai aspek yang dapat menjaga interaksi antar murid. Ia mendorong mereka untuk saling menyebarkan salam, berbicara dengan kata-kata yang baik, menjalin cinta kasih, serta saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan. Semua ini dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dalam mencari ilmu.

  • Merealisasikan Kebaikan Bagi Murid

Seorang guru hendaknya berupaya mewujudkan kebaikan bagi para muridnya sambil menjaga konsentrasi pikiran mereka. Ia sebaiknya membantu murid-muridnya dengan memanfaatkan segala yang dimilikinya, seperti status sosial dan kekayaan, jika itu dalam kemampuannya.

  • Perhatian Kepada Murid yang Tidak Hadir

Apabila ada siswa dari kelas yang biasanya hadir tetapi terpaksa absen, guru sebaiknya menyelidiki kondisi murid tersebut dan mengenali relasi-relasinya. Jika tidak mendapatkan informasi lebih lanjut, langkah terbaik adalah mengirimkan surat atau, lebih baik lagi, mengunjungi rumahnya secara langsung. Jika siswa tersebut sedang sakit, tak ada salahnya untuk menjenguknya. Jika ia menghadapi kesulitan, bantulah meredakan penderitaannya. Bila ia sedang dalam perjalanan, cari tahu tentang keluarganya dan relasi yang dekat, lalu ajukan pertanyaan kepada mereka mengenai kondisi siswa tersebut. Selalu berusaha membantu memenuhi kebutuhan mereka dan menjaga hubungan baik, meskipun hanya melalui doa.

  • Rendah Hati Terhadap Murid

Seorang guru sebaiknya bersikap rendah hati terhadap muridnya atau siapa pun yang ingin bertanya tentang hubungan pribadi mereka dengan Allah SWT.

  • Berbicara dengan Baik dan Memberikan Apresiasi Kepada Murid

Berdialog dengan setiap siswa, terutama mereka yang memiliki kelebihan, sebagai bentuk cerminan rasa hormat dan penghargaan. Panggillah mereka dengan julukan yang mereka sukai, dan sambutlah mereka dengan hangat setiap kali bertemu, terutama saat mereka berhadapan dengan guru. Ketika duduk bersama, hargailah mereka dengan cara bertanya tentang keadaan mereka serta orang-orang terdekat yang penting bagi hidup mereka, setelah mereka menjawab salam. Tunjukkanlah wajah yang ceria, penuh kasih, dan cinta saat berinteraksi dengan mereka. Ini sangat penting, terutama bagi siswa yang masih memiliki potensi untuk berhasil maupun yang telah mencapai prestasi dalam belajar.

*Guru Mapel Aqidah Akhlak MA NU Banat Kudus dan Pembina Jurnalistik

Disarikan dari kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari